Indonesia termasuk salah satu negara penghasil tuna terbesar di dunia, dengan total sumbangan 16 persen dari produksi global dengan tangkapan tahunan diperkirakan sekitar 5 miliar dollar AS atau sekitar Rp 71 triliun.
"Sekitar satu dari enam tuna yang ditangkap di seluruh dunia selama tiga tahun terakhir berasal dari Indonesia, yang merupakan 16 persen dari produksi tuna dunia," kata Direktur Jendral Perikanan Tangkap M. Zulficar Mochtar dilansir dari SCMP, Jumat (22/3/2019).
Sebagai penghasil tuna terbesar, Indonesia menjadi pemasok utama pasar-pasar luar negeri seperti Jepang, Amerika, Uni Eropa, Korea, dan Hong Kong.
Pasar terbesarnya adalah Amerika Serikat, yang mengonsumsi hampir setengah dari tangkapan tuna Indonesia, sebagian besarnya adalah ikan utuh atau fillet beku. Diketahui, ekspor tuna Indonesia ke Amerika telah melonjak 130 persen sejak 2014.
Bahkan Jepang, yang identik dengan sushi sebagai makanan khasnya, telah mengimpor hampir seperempat tuna Indonesia tahun lalu.
Hadi Wijaja, Direktur perusahaan pengolahan ikan di Jawa Timur Bahari Biru Nusantara mengatakan, mereka dapat memproses 35 ton ikan per hari, atau 5.000 ton per tahun.
Bahari Biru Nusantara dan 20 pemasok ikan asal Indonesia lainnya bahkan berhasil masuk Seafood Expo North America 2019, pameran perdagangan makanan laut terbesar di benua itu.
Dengan berhasilnya Indonesia masuk ke salah satu pameran terbesar, Indonesia mampu menunjukkan visibilitasnya sebagai produsen tuna berkualitas tinggi terbaik dunia, dan untuk memuaskan pelanggan potensialnya.
Upaya Menteri Susi
Tumbuhnya pasokan tuna di Indonesia tak luput dari kinerja Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Di bawah pengawasan Susi, ratusan kapal penangkap ikan asing yang menangkap ikan secara ilegal di perairan Indonesia telah ditenggelamkan.
Tindakan keras inilah yang telah meningkatkan pasokan ikan Indonesia dan telah meningkatkan reputasi Indonesia yang transparan dan tidak ada toleransi terhadap praktik ilegal.
Indonesia pun telah mengembangkan industri pengolahan yang modern dan efisien untuk mengatasi volume ikan yang ditangkap.
Selain masalah penangkapan ikan ilegal, Menteri Susi juga telah mengatur cara penangkapan ikan yang baik untuk para nelayan. Nelayan Indonesia dilarang memancing menggunakan pukat harimau sehingga menghilangkan resiko tangkapan yang tidak diinginkan.
Kapal penangkap ikan Indonesia hanya menggunakan jaring besar yang lebih ramah lingkungan. Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia menjadi negara kedua setelah Jepang yang memancing secara tradisional.
"Para ahli memperkirakan bahwa hampir 20 persen tuna Indonesia dapat ditangkap dengan metode yang lebih ramah lingkungan ini," tulis SCMP.
Karena penangkapan ramah lingkungan ini, bulan November lalu salah satu pemasok ikan Indonesia menerima sertifikasi Marine Stewardship Council untuk perikanan berkelanjutan, salah satu sertifikasi paling ketat terkait praktik penangkapan ikan liar.
“Indonesia melakukan pekerjaan yang luar biasa dalam mengendalikan penangkapan ikan ilegal di perairannya,” kata Reniel Cabral, seorang ilmuwan kelautan dari Filipina dilansir dari SCMP, Jumat (22/3/2019).
Menurut dia, Indonesia selanjutnya perlu menerapkan pengawasan serupa terhadap metode penangkapan ikan para nelayan domestiknya.
“Untuk terus mendapatkan manfaat dari kebijakan ini, mereka perlu memastikan bahwa upaya penangkapan ikan domestik juga dikelola dengan baik.” ujar Reniel.
0 Comments